Siapa sih yg gak pake medsos sekarang? Bisa dikatakan hampir semua orang pake ya. Meskipun ada juga orang yg gak pake dg berbagai alasan. Tetap saja medsos sedang digandrungi saat ini.

Dulu waktu aku masih SMA, medsos  jadi tempat buat eksis. Jaman FB dulu kerjaannya bikin status alay, upload foto gak jelas. Pokoknya mah eksis aja. Sampe asal nginvite orang. Siapa aja di invite, cuma supaya keliatan temennya banyak doang sih.

Oh ya, satu lagi nih, nama.

Nah ini, jaman dulu, nama dibuat sekece mungkin. Pokoknya mah keliatan keren menurut diri sendiri aja sih. Akhirnya malah gak jelas namanya. Malah ada tuh yg sampe ngejanya aja sulit.
Contohnya, ada yg ala ala anak pacaran kaya "sikechilchuka qamucelalu" atau ala ala anime kaya "mugiwara no zakky". Atau namaku dulu "arashi senju". Ya gitu lah, alay kan? Hahaha 

Ya seiring nambahnya umur, akhirnya banyak yang tobat juga. Termasuk aku. Kembali ke nama asli. Semua akun medsos diganti jadi nama asli atau seenggaknya pake nama panggilan. Tuntutan dunia kerja, sama karena malu juga sih lama-lama. malu lah waktu buat CV tapi nama akun medsos nya masih alay kan?

yah, itu sebagian. gak semua sih. ada juga lo yang masih pake nama selain nama asli atau panggilan. gak se alay jaman aku SMA dulu sih. aku nyebutnya anonim. kenapa? karena gak pake nama asli. udah.

nah, akun anonim gini nih yang kadang itu bikin aku suka bingung. motivasinya apa ya? kenapa sih gak pake nama asli aja? ada yang mau disembunyiin? atau supaya kalo ada apa-apa jadi susah dilacak?

wah wah wah.. 

akun-akun anonim ini, sering lo suka bikin komentar jelek, atau posting sesuatu yang berbau provokasi. cek aja di twitter, atau medsos lain. banyak kok. apalagi kalo sudah musim pemilu, tahun politik, waah bertebaran dah tu akun anonim. 

nah, akun anonim yang buat provokasi, atau yaa alat untuk kepentingan oknum tertentu, nyadar gak sih kalo alur posting dan komentarnya cenderung ketebak? mereka akan menolak kubu lawan sekeras mungkin dan memuja pihaknya setinggi mungkin. siapapun yang kontra dengan mereka bakal mereka debat habis-habisan. kalo mereka kelihatan kalah, mereka biasanya mengalihkan topik atau udah ngilang begitu saja.

fenomena akun anonim ini sebenernya cukup buat aku prihatin sih. apalagi yang buat kepentingan pihak tertentu. buat linimasa medsos jadi riuh, ribut, gaduh. dan sadar gak sadar, kita yang baca postingan mereka lama-lama bakal terpengaruh lo. kok bisa?

jadi, dengan kita sering baca postingan mereka lama-lama kita bakal menjadikan kata-kata mereka jadi referensi kita. semakin lama, otak kita bakal dipenuhin sama kata-kata mereka. toh kadang postingan mereka gak sepenuhnya salah. kadang mereka main framing lalu ditambahin argumentasi yang menguatkan pendapat mereka. framing ini nih yang bikin kita lama-lama percaya sama mereka. 

walhasil?

kita secara gak sadar ikut-ikutan mereka. jadi keras dan suka banget debat orang yang gak sejalan sama kita. nah ini yang buat aku prihatin. apalagi kalo sampe disebarkan di group atau komunitas, bisa jadi hoax kan. dan sulit buat ngendaliin tentu saja. 

maka dari itu, hati2 sama akun anonim. apalagi yang postingannya bikin kita tegang dan pengen marah. teliti dulu jika ketemu sama postingan dari akun anonim. cross check ke portal-portal terverivikasi, atau tanya ke pihak yang ada kaitan dengan isi postingan itu. dan coba deh baca juga postingan yang kontra sama postingan si akun anonim. supaya fikiran kita tetep obyektif dan gak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang masih simpang siur.

oke deh, segitu dulu ya. mohon maaf jika ada salah kata, atau ada kata yang menyinggung.


Rabu, 16 November 2016. Malam pukul 22.10 WIB. terasa gempa yang luayan keras di Blitar. Kebetulan admin sedang ngenet di daerah srengat. Terasa luayan lama.

Awalnya admin dan orang-orang di warnet mengira getaran yang ditimbulkan merupakan efek dari truk gandeng yang lewat. tapi karena semakin lama semakin keras, baru kami menyadari bahwa getaran tsb adalah gempa. Langsung kami keluar mencari selamat. khawatir terjadi apa-apa.

Kemudian grup WA mulai rame. menanyakan apakah terasa gempa. Bahkan seorang kawan di surabaya juga merasakan.

setelah ditelusuri, akhirnya ada info dari twitter resmi BMKG

Mag:6.2 SR, 16-Nov-16 22:10:11 WIB, Lok:9.32 LS,113.12 BT (127 km Tenggara KAB-MALANG-JATIM), Kedlmn:69 Km  - https://twitter.com/infoBMKG/status/798908571371130880 

Bersyukur tidak berpotensi tsunamai.
Semoga tidak terjadi kerusakan-kerusakan. 


Bulan tak nampak malam ini,
Bintang seperti tak ingin menunjukkan dirinya,
Mendung telah menutupi sinarnya,
Menghalanginya hingga sampai ke bumi,

Di desaku tak begitu berarti
apakah bulan bersinar atau sembunyi,
sebab lampu-lampu telah mengalahkan sinarnya
dan membuat kami terperdaya,

pemuda dan pemudi,
saling bertukar canda menikmati malam,
mengacuhkan orang tua mereka yang sibuk dengan acara televisi,
melepaskan kekangan tradisi atas nama modernisasi,

kakekku duduk di emperan rumah,
ditemani segelas kopi dengan keretek hasil lintingan sendiri,
berkali-kali dihisapnya asap tembakau sambil sesekali bergumam,
“ternyata moral juga ikut menua sepertiku”
“dia telah renta dan dilupakan para manusia”
“lalu menunggu waktu kapan ajal akan menjemputnya”

Aku hanya berdiri tepat di belakang kakekku,
Sambil ku pijit pundaknya yang berulang kali pegal-linu,

Dan hatiku tak henti-hentinya mengutuk diriku sendiri,
Aku ini bagian dari moral yang menua,

Blitar, 8 Mei 2016

Sekali lagi kau berulah, Seperti biasa kau getarkan hatiku, Tapi apa dayaku, Aku menikmati itu, Sangat, Laksana bintang di angkasa, berjuta-juta kilometer jauhnya, Namun tetap bisa kupandang jelas, Kala malam, Karena sinarnya yang terang, Seperti itu dirimu, Yang selalu kupandang, Kulihat guritan indah senyummu, Merekah, Seperti mawar yang malu-malu mekar, Aku adalah pungguk, Cuma seorang cecunguk yang setia memandang kerlap-kerlip bintang, Maka apalah artinya jika disandingkan dengan mu? Mungkin hanya meredupkan sinarmu itu, Maka itu sedari dulu aku sadarkan diri, Cukuplah sinarmu yang menyenangkan hati, Menyemangati, Mengindahkan tiap malam ku, Walau mungkin kau pun tak tahu, Tak apalah bagiku. (Blitar, 23 Februari 2016)

Sepanjang langkahku, ku menyusuri jalan-jalan
Mata memandang namun bagaikan buta
Mungkin lebih baik buta
Daripada ku lihat kau tersenyum , tapi untuk dia

Selama kuda tetap berjalan atau berlari
Roda pedati tidak akan pernah berhenti
Jari jemariku rupanya menggenggam penuh dendam
Seolah ingin menghantam cermin di dinding kamarku

Lihatlah langit luas tanpa batas
Tapi tidak dengan akal sehatku

Kau yang telah pergi sejauh matahari
Masih saja kulihat sebagai senja awal dari kepulanganmu

Cubit tanganku agar aku sadar dari mimpi burukku
Aku sudah cukup menua dalam lamunan panjangku

Atmosfer bumi diantara atap rumahku dan angkasa adalah jarak bagaikan kita berdua


(Adhifatul Puaddiyah)

Cinta, kamu yang dijanjikan TUHAN sebagai pendampingku, Kuselipkan kata cinta di setiap doaku, Kuberharap semoga kau tak kaget kala bertemu denganku, Kuharap aku layak menjadi imammu,
Cinta, yang TUHAN telah nubuatkan dalam ketetapannya, berulang kali aku merasakan kehadiranmu, aku bak anak kecil yang girang saat diberi permen loli, aku sangka kau yang datang adalah yang TUHAN janjikan,